ABDULLAH BIN UMAR

Kedermawanan Yang Luar Biasa

Kedermawanan, kezuhudan, serta ke-wara’-an beliau berpadu dalam suatu seni yang agung. Hingga membentuk suatu kepribadian yang menakjubkan pada manusia agung ini. Ibnu Umar lebih banyak memberi karena ia adalah seorang dermawan. la hanya memberikan yang halal dan baik karena ia adalah orang yang wara’. Ia tidak peduli jika kedermawanan akan membuatnya menjadi miskin karena ia adalah seorang yang zuhud.

Ibnu Umar adalah salah seorang yang berpenghasilan banyak dan halal karena dalam separuh umurnya, ia adalah seorang pedagang yang terpercaya dan sukses. Di samping itu, beliau juga mendapatkan  gaji yang tidak sedikit jumlahnya dari Baitul Mal.

Namun, beliau tidak pernah sedikit pun menyimpan gajinya itu untuk kepentingan pribadi. Tetapi justru ia berikan semuanya kepada kaum fakir, miskin, dan para pengemis.

Ayyub bin Wâ’il ar-Râsibi menceritakan tentang satu dari sekian banyak ke- dermawanan Ibnu Umar. la bercerita bahwa pada suatu hari Ibnu Umar mendapat 4.000 dirham dan satu selimut. Pada hari berikutnya, Ayyub bin Wâ’il melihat Ibnu Umar di pasar sedang membeli rumput untuk makan binatang tunggangannya secara tidak kontan (utang).

Ayyub bin Wâ’il pun pergi ke rumah Ibnu Umar hendak menjumpai keluarganya dan bertanya kepada mereka. “Bukankah kemarin Abu Abdurrahman mendapat 4.000 dirham dan satu selimut?”  Mereka pun menjawab, “Benar.” Ayyub bin Wâ’il berkata, “Namun, hari ini aku melihatnya di pasar sedang membeli makanan untuk binatang tunggangannya dan ia tidak memiliki uang untuk membayarnya.”

Merekapun menjawab, “Tidak sampai melewati  malam, beliau telah membagikan semua dirham yang di terimanya. Setelah itu, ia mengambil selimut dan membawanya keluar. Ketika pulang, ia tak membawa apa apa maka kami bertanya tentang selimut itu. Ia pun menjawab: “Telah kuberikan kepada orang fakir”.”

Ayyub bin Wa’il keheranan maka ia pergi ke pasar lalu naik ke tempat yang tinggi. Dari tempat itu, ia beteriak kepada khayalak ramai, “Wahai para pedagang apa yang kalian lakukan dengan dunia sementara Ibnu Umar di datangi oleh ribuan dirham, tetapi ia membagi-bagikan semuanya hingga pada pagi harinya beliau berhutang rumput untuk makanan binatang tunggangannya?”

Teladan Terpercaya

Rasulullah Muhammmad adalah gurunya dan Umar adalah ayahnya pastilah orang agung dan sebanding dengan semua orang-orang yang agung. Ada tiga hal yang dimiliki oleh Abdullah bin Umar, yakni kedermawanan, kezuhudan, dan ke-wara’-an telah menjadikannya sebagai teladan yang tepercaya.

Siapa saja yang ingin melihat kesungguhannya mengikuti jejak langkah Rasulullah, cukuplah sebagai bukti bahwa Ibnu Umar pernah menghentikan untanya yang sama persis di tempat Rasulullah menghentikan unta beliau. Ia berkata, “Semoga setiap langkah berpijak pada langkah sebelumnya.”

Dalam hal bakti, hormat, dan rasa kagum kepada orang tua, Ibnu Umar telah sampai pada satu tingkatan yang mengharuskan kepribadian Umar itu di teladani oleh pihak musuh. Apalagi oleh kerabat dan anak-anaknya sendiri.

Sungguh tidak masuk akal bagi orang yang mengklaim sebagai pengikut Rasulullah dan memiliki orang tua seperti Umar ini akan menjadi budak harta. Karena itu, meskipun harta benda telah datang melimpah ruah kepadanya, semua itu hanya berlalu dan melewati rumahnya begitu saja.

Kedermawanan Ibnu Umar bukan sarana untuk mencapi ketenaran atau mendapat nama baik. Karena itu, ia memberikan kedermawanan itu hanya kepada orang yang membutuhkan dan kaum fakir. Jarang sekali di temui beliau makan seorang diri. Karena beliau selalu bersama anak-anak yatim atau kaum fakir.

Sebaliknya, ia sering mencela sebagian anak-anaknya ketika mereka membuat walimah hanya untuk orang-orang kaya, tanpa mengundang orang-orang miskin. Ibnu Umar berkata kepada mereka, “Kalian undang orang-orang yang kenyang dan kalian tinggalkan orang-orang kelaparan?”

Sahabat Fakir Miskin

Orang-orang miskin mengetahui belas kasih Ibnu Umar. Mereka bisa merasa- kan manisnya kebaikan dan kepeduliannya. Karena itu, mereka terbiasa duduk di jalanan dengan harapan Ibnu Umar mengajaknya ke rumah saat melihat mereka. Mereka mengerubuti Ibnu Umar seperti sekawanan lebah yang tengah mengerubuti bunga-bunga untuk menyerap sari patinya.

Bagi Ibnu Umar, harta adalah pembantu dan bukan sebagai tuan. Harta hanyalah sebuah sarana untuk memenuhi kebutuhan pokok, bukan untuk kemewahan. Hartanya bukanlah miliknya pribadi, melainkan terdapat pula hak kaum fakir miskin yang telah di tentukan di dalamnya, bahkan hak penuh yang ia sendiri tidak memiliki bagian.

Sikap zuhudnya telah membantunya untuk memiliki kedermawanan yang luar biasa  ini. Pasalnya, Ibnu Umar tidak pernah menikmati dunia, tidak pula mencarinya, bahkan tidak pernah berharap untuk mendapatkannya. Kecuali hanya sekadar pakaian untuk menutup tubuh dan makanan untuk menguatkan ototnya.

Pada suatu kali salah seorang saudaranya datang dari Khurasan menghadiahkan sebuah pakaian halus dan indah kepadanya.

Kemudian saudaranya itu berkata kepada Ibnu Umar, “Baju ini aku bawakan untukmu dari Khurasan. Aku sangat senang apabila kulihat engkau melepas baju kasarmu ini lalu menggantinya dengan baju yang bagus ini.”

Ibnu Umar pun menjawab, “Kalau begitu, tunjukan baju itu kepadaku.” Selanjutnya, Ibnu Umar meraba baju tersebut dan berkata, “Apakah ini sutra?” Saudaranya itu menjawab, “Bukan, tetapi ini adalah katun.”

Sejenak Abdullah memandangi baju tersebut lalu ia menyerahkannya kembali dengan tangan kanannya kepada saudaranya itu sambil berkata, “Tidak, aku mengkhawatirkan diriku. Aku khawatir jika baju itu akan menjadikanku sombong dan membanggakan diri. Sedangkan Allah tidak suka kepada orang yang sombong dan membanggakan diri.”

37 Likes

Author: wijaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *