Anekadongeng.com | Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim di lahirkan di negeri Babilon yang terletak antara sungai Tigris dan Efrat. Suatu negeri yang sangat subur dan makmur, yang di pimpin oleh seorang raja yang bersifat diktator bernama Namrud bin Kan’aan. Segala undang-undang dan kehendaknya harus di jalankan oleh rakyatnya.
Ia selalu manaruh kepercayaan kepada ahli nujumnya, tidak mau menggunakan akal pikirannya dalam memimpin rakyat. Raja Namrud menjalankan pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus di laksanakan dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat di tawar.
Kekuasaan besar yang berada di tangannya dan kemewahan hidup yang berlebih- lebihan yang ia nikmati, lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. la merasakan dirinya patut di sembah oleh rakyatnya sebagai tuhan.
la berfikir jika rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang terbuat dari batu yang tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka. Mengapa bukan dialah yang di sembah sebagai tuhan. Dia yang dapat berbicara, mendengar, berfikir, dapat memimpin mereka. Serta membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan.
Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina di angkatnya menjadi orang mulia. Di samping itu ia merupakan raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala
Singkat cerita, kegagalan Nabi Ibrahim dalam menyadarkan ayahnya yang tersesat tersebut sangat menusuk hatinya. Karena beliau sebagai putra yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar dan terangkat dari lembah kesesatan dan syirik.
Namun beliau sadar bahwa hidayah itu adalah dating dari Allah. Bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapat hidayah, bila belum di kehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayah beliau terhadap dakwah dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hati dan melemahkan semangatnya. Namun Nabi Ibrahim tetap teguh untuk berjalan terus dalam memberi penerangan kepada kaumnya. Serta menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Nabi Ibrahim di setiap kesempatan selalu mengajak kaumnya untuk berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang di kemukakan oleh Nabi Ibrahim.
Maka, mereka memakai alasan yang usang mengenai seab mereka menyembah berhala. Mereka hanya meneruskan apa yang nenek moyang mereka lakukan dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa bahwa dengan berdialog dan bermujadalah dengan kaumnya tidak ada manfaatnya, karena hati mereka sudah sekeras batu. Meskipun beliau telah memberikan keterangan dan bukti-bukti nyata, namun mereka selalu berpegang pada satu- satunya alasan bahwa mereka tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mereka.
Walaupun Nabi Ibrahim menyatakan berkali-kali bahwa nenek moyak mereka keliru dan tersesat, serta mengikuti jejak syaitan dan iblis.