Siapa Bilal Bin Rabbah
Anekadongeng.com | Bilal Bin Rabbah. Setiap kali nama Abu Bakar di sebut, Umar bin Khaththab berkata, “Abu Bakar adalah junjungan kita yang telah memendekakan tuan kita. Maksudnya adalah Bilal.
Orang yang oleh Umar di beri gelar sayyidina (pemimpin kita) tentu bukanlah orang sembarangan, melainkan laki-laki agung dan terhormat. Namun, laki- laki yang sangat hitam, kurus kerempeng, tinggi jangkung, berambut lebat, dan bercambang tipis.
Ini sebagaimana di gambarkan oleh para perawi setiap kali mendengar kata-kata pujian dan sanjungan yang di tujukan kepada dirinya. Maka ia pasti menundukkan kepala dan memejamkan mata. Dengan air mata yang berlinang, ia pun berkata, “Aku tidak lain hanyalah seorang Habasyah yang dulunya seorang budak.”
Jadi, siapakah laki-laki Hahasyah yang dahulunya merupakan seorang budak ini? la adalah Bilal bin Rabbah, muazin Islam dan orang yang mengguncang para penyembah berhala. Bilal merupakan wujud keajaiban iman dan kebenaran, serta salah satu mukjizat Islam yang agung.
Den setiap sepuluh orang Islam, sejak awal munculnya Islam hingga hari ini dan sampai kapan pun. Kita akan bwejumpa setidaknya tujuh orang yang mengenal Bilal. Artinya, ada ratusan juta manusia sepanjang masa dan generasi yang benar-benar mengenal Bilal, hafal namanya, dan mengenal tugasnya beserta riwayatnya secara lengkap. Hal itu sebagaimana mereka mengenal dua khalifah besar dalam Islam: Abu Bakar dan Umar.
Anda bisa menanyakan kepada setiap anak yang masih duduk di sekolah dasar di Mesir, Pakistan, maupun Cina, pasti mereka mengetahui siapa Bilal. Semua orang mengenal Bilal, baik yang berada di Amerika, Eropa, Rusia, Irak, Suriah, Turki, Iran, Sudan, Tunis, al-Jazair, Maroko, di pedalamam Afrika, hingga pegunungan Asia atau di belahan bumi mana pun yang di huni oleh kaum Malimin, pasti mereka mengenal Bilal.
Keharuman Nama Bilal Bin Rabbah
Anda bisa menanyakan kepada sembarang remaja muslim, “Siapakah Bilal itu Nak?” Anak itu pun pasti akan menjawab bahwa Bilal adalah seorang muazin Rasullah, la adalah budak yang di siksa oleh tuannya agar mau meninggalkan agamanya, Islam. Tetapi ia tetap teguh berkata “Ahad Ahad…”
Ketika Anda melihat keabadian yang di anugerahkan Islam kepada Bilal ini, sungguh ketahuilah bahwa sebelum masuk Islam, Bilal ini tidak lebih dari seorang hamba sahaya yang menggembalakan unta milik tuannya di bawah pohon-pohon kurma.
Sungguh sangat jelas bagi Bilal jika bukan karena Islam, maka ia akan tetap menjadi budak dan gelandangan hingga maut datang merenggutnya dan orang-orang pun akan melupakannya setelah itu.
Namun, dengan keteguhan imannya dan keagungan agama islam telah memberikan tempat yang tinggi di antara para pembesar dan tokoh-tokoh Islam. Banyak orang-orang terhormat dan berkedudukan yang memiliki, baik pengaruh maupun kekayaan, tetapi tidak akan bisa mencapai sepuluh persen saja dari keabadian dan keharuman nama yang di peroleh oleh Bilal, si budak Habasyah.
Hitamnya warna kulit, rendahnya kedudukan dan nasab, serta kehinaan dirinya sebagai hamba sahaya tidak sedikit pun menjadi penghalang baginya untuk menempati kedudukan tinggi yang pantas ia raih karena kesungguhan, keyakinan, kesucian, dan kegigihannya setelah ia memilih Islam sebagai agamanya.
Semua itu sama sekali tidak di perhitungkan dalam timbangan penilaian dan penghormatan orang-orang kepadanya di karenakan penilaian manusia hanyalah tertuju pada kedudukan tinggi yang bukan pada tempatnya.