Anekadongeng.com | Tikus Desa dan Tikus Kota. Suatu hari seekor tikus yang tinggal di kota mengunjungi temannya. Temannya telah lama meninggalkan kota dan mulai hidup di desa. Setelah perjalanan panjang tikus kota akhirnya tiba di dekat Desa tempat temannya tinggal.
“Tempat ini bau sekali bagaimana dia bisa tinggal di sini”.
Setelah perjalanan panjang dan melelahkan tikus kota akhirnya tiba di ladang temannya. Tikus Desa membuat rumahnya di bawah tanah dan tinggal di sana.
“Bagaimana temanku bisa tinggal di lingkungan yang buruk ini, aku tak habis pikir”
Tikus kota mengetuk pintu, dan tikus desa membuka pintu. Dia sangat kaget sekaligus sangat senang melihat temannya.
“Selamat datang teman, apa yang membawamu keluar kota ini”
“Aku bosan dengan kehidupan kota, dan aku berniat datang melihatmu. Namun aku melihat hidup mu sekarang tidak terlalu bahagia”.
“Kata siapa ? Mari masuk dan akan ku siapkan makanan”
Rumah Tikus Desa
Mereka berdua masuk, tikus kota melihat bagian dalam rumah temannya merasa kasihan, karena tikus Desa tinggal di lubang kecil gelap dan sedikit udara.
“Rumahmu gelap dan kecil sekali, bagaimana kau bisa tinggal di sini”.
Tikus desa telah menyiapkan sesuatu untuk di makan temannya. Di atas meja ada sepotong keju, selada, wortel dan tongkol jagung.
“Ayo teman, makanlah makanan ini”.
Tikus kota melihat semua sajian yang ada di meja dan berkata:
“Kau sebut ini pesta, di kota kita tidak usah berfikir dua kali pada jenis makanan ini. Kita punya kue pastry, berbagai jenis kue dan daging. Kau bisa temukan apapun yang kau inginkan di kota”.
Setelah tikus kota menghabiskan makanannya, mereka mulai berjalan mengelilingi Desa tempat tinggal tikus Desa. Tikus kota tidak suka tempat tinggalnya tikus desa.
Jenis tempat ini bukanlah tempat yang ku sukai ini sangat kotor dan membosankan. Kau harus mengunjungi tempat tinggalku suatu hari nanti. Aku akan membawamu berkeliling kota, aku yakin kau akan kembali lagi ke sini.
Pagi berikutnya, kedua teman itu berpamitan dan berpisah.
Berkunjung Ke Kota
Karena penasaran dengan perkataan tikus kota, akhirnya tikus Desa memutuskan untuk mengunjungi temannya di kota. Dan dia pun memulai perjalanannya yang panjang untuk tiba di kota. Akhirnya tikus Desa tiba di rumah temannya. Sesuai petunjuk dari temannya itu ia tinggal di sebuah apartemen.
Tikus Desa kaget saat melihat tempat tinggal temannya.
“Rumah besar ini milikmu?”
“Tidak juga, aku berbagi rumah ini dengan pemilik rumah”.
“Aku sangat lapar, tunjukkan kepadaku pesta makanan yang kau bicarakan”
Tikus kota memasuki dapur dan membuka pintu kulkas lalu mengambil keju, daging dan berbagai jenis sayur dan buah. Dia menaruhnya di meja, namun ketika mulai makan mereka mendengar kucing mengeong dan tikus kota melompat sambil berkata:
“Oh tidak… kucing rumah ini mendengar kita berbicara, kita harus sembunyi. Ikuti aku”.
Kedua tikus memasuki sebuah lubang di dinding dan melarikan diri. Sambil terengah engah tikus Desa pun bertanya:
“Kau tinggal di rumah yang sama dengan seekor kucing, bukankah itu berbahaya”
“Memang, tetapi inilah harga yang harus di bayar jika ingin hidup dalam kemewahan dan kekayaan”.
Setelah beberapa lama, saat kucing pergi dari dapur mereka keluar dari lubang itu dan melanjutkan makan. Tak lama kemudian mereka mendengar pintu depan terbuka dan tikus kota panik.
“Ayo cepat dan larilah tuan rumahnya datang…. Larilah sebelum dia melihat kita”
Tikus itu berlari ke lubang dan tikus Desa bertanya lagi sambil terengah-engah
“Kali ini aku tak tahu kenapa kita berlari, tuan rumah itu apa dia tidak tahu kamu tinggal disini?”
“Tentu saja dia tidak tahu”
“Manusia sangat berbahaya, Bagaimana kau bisa tinggal di rumah seperti ini”
“Iya.. memang saat-saat seperti ini selalu ada. Tetapi aku sangat bahagia tinggal seperti ini, lihat aku bisa makan apapun itu dan mau kapan saja”
“Sudah aman sekarang, ayo kita lanjutkan makan”.
Kembali Ke Desa
Tikus Desa keluar dari lubang, tetapi begitu dia keluar dia berjalan ke arah pintu dan mulai mengeluh dan berkata:.
“Terima kasih teman, aku tidak selera makan lagi. Ketakutan ini sudah cukup buatku. Aku pergi saja”.
“Kau mau kemana?”
“Aku akan pulang, rumahku mungkin tidak kaya tetapi aku hidup damai dengan kebebasanku. Lebih baik hidup tenang dan merasa bebas daripada hidup ketakutan setiap saat”.
Demikianlah tikus Desa kembali ke gaya hidupnya yang miskin dan melanjutkan hidup dengan bahagia dan dia tak pernah kembali ke kota lagi.