BAB X
la semakin heran ketika melihat sebagian dari rombongan tersebut menghambur dan mendekat kepada Salman untuk membawakan barangnya sambil berkata, “Biarkan kami yang membawanya, wahai tuan Wali.” Sekarang, lelaki Syam itu pun sadar bahwa orang yang menjadi kulinya adalah Salman al-Farisi, Wali Madain.
Ia pun sangat menyesal dan permohonan maaf segera mengalir dari kedua bibirnya. Ia mendekat kepada Salman untuk meminta barang bawaannya. Namun, Salman menggeleng sebagai tanda penolakan. “Tidak,sebelum sampai ke rumahmu,” ujar Salman. Suatu saat, Salman pernah di tanya: “Apakah yang membuat anda tidak menyukai jabatan?” Salman pun menjawab, “Sungguh jabatan itu terasa manis sewaktu memegangnya dan terasa pahit ketika melepaskannya”.
Seorang sahabat pernah menemui Salman di dalam rumahnya. Sahabat itu pun kaget ketikamelihat Salman sedang membuat adonan. “Ke manakah pembantumu?” tanya sahabat tersebut. Salmanpun menjawab, “Kami sudah menyuruhnya untuk suatu keperluan. Karena itu, kami tidak mau memberinya beban dua pekerjaan sekaligus.”
Pada saat kita menyebut rumah Salman, marilah kita lihat dan perhatikan dengan saksama, seperti apakah yang di sebut sebagai rumah-nya itu. Ketika di saat pembangunan rumahnya yang berlebihan , Salman pun bertanya kepada tukang bangunannya, “Kamu hendak mendirikan Model rumah seperti apa?”
Tukang bangunan itu adalah seorang yang cerdas dan bijaksana. la memahami kesederhanaan Salman dan sifatnya yang zuhud terhadap kemewahan dunia. Beliaupun menjawab, “Jangan khawatir, rumah itu hanya bangunan yang bisa di gunakan untuk berlindung ketika panas dan berteduh ketika hujan.
Jika engkau berdiri di dalamnya, kepalamu akan sampai pada langit-langitnya; dan jika engkau berbaring, kakimu akan membentur dinding- dindingnya.” “Benar. Buatlah yang seperti itu!” jawab Salman. Tidak ada satu pun kesenangan di dalam dunia ini yang menarik hati Salman, kecuali hanya barang yang beliau anggap penting.