Malin Kundang

Kisah awal

Anekadongeng.com | Malin Kundang. Pada jaman dahulu hiduplah keluarga nelayan yang terdiri dari 3 orang,  ayah, ibu dan seorang anak laki-laki. Anak laki-laki tersebut bernama Malin Kundang. Mereka  tinggal di wilayah Sumatera, tepatnya di pesisir pantai. Kondisi ekonomi keluarga tersebut sangatlah miskin. Karena himpitan ekonomi yang sudah mendesak, suatu hari sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah dengan mengarungi lautan ke negeri seberang.

Setelah di tinggal pergi oleh sang ayah, kini Malin Kundang hanya tinggal bersama ibunya . Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tak terasa sudah satu tahun sang ayah meninggalkan mereka berdua. Yetapi sang ayah belum ada kabarnya. Sehingga  akhirnya sang ibu harus menggantikan posisi sang ayah untuk mencari nafkah.

Walaupun sedikit nakal, Malin Kundang merupakan anak yang cukup cerdas. Pernah pada suatu waktu, tanggannya terluka karena mengejar ayam dan mencoba memukulnya dengan sapu, tetapi ia terjatuh menimpa batu. Sehingga luka di tangan kanannya membekas sampai Malin dewasa. Malin kundang begitu sayang dan mencintai ibunya. Semenjak di tinggal ayahnya, sang ibu bekerja keras dengan menjual kue untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua.

Kebaikan Malin Kundang

Malin Kundang dikenal oleh teman sepermainannya sebagai anak yang baik hati. Dia suka menolong teman-temannya yang memerlukan bantuannya. Orang-orang tua perkampungan Pantai Air Manis juga mengenal Malin Kundang sebagai anak yang rajin dan baik, membantu setiap orang yang sedang mengalami kesusahan, dia juga tidak segan-segan mengeluarkan keringat dan tenaganya untuk meringankan beban orang lain.

Malin Kundang tidak mengenal pamrih dalam membantu setiap orang, ia tidak bersedia di kasih sesuatu karena ia menolong dengan dasar ihklas. Ia menolong tanpa pamrih dan tidak mengharap belas kasih meskipun kehidupannya sendiri dalam keadaan susah.

Setiap harinya ia juga membantu ibunya yang sudah tua mencari nafkah dan kebutuhan sehari-hari, ia sangat rajin dan tidak. mengenal kata malas. Pagi hari sesudah ia bangun ia membatul ibunya di dapur setelah itu ia membantu ibunya mencari ikan di laut.

35 Likes

Author: wijaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *