Anekadongeng.com | Legenda Samba Paria. Alkisah di desa Mandar Sulawesi Barat hiduplah seorang gadis cantik jelita bernama Samba paria. Ia hidup bersama seorang adiknya yang masih kecil. Kakak beradik itu yatim piatu yang hidup sebatang kara di sebuah rumah panggung di tengah hutan belantara.
Begitu terpencilnya rumah itu sampai-sampai dari kejauhan rumah mereka hampir tak terlihat. Selain tertutupi pepohonan rindang di sekitarnya, rumah itu juga di selubungi oleh tanaman paria atau pare yang menjalar. Pohon pare tersebut menjalar mulai dari tiang hingga ke atap rumahnya.
Itulah sebabnya gadis cantik itu di panggil Samba paria.
“Ya.. jatuh.. yepa ku Kak”
“Biarlah, yepa kamu sudah kotor dan tidak layak lagi untuk di makan”
Bertemu Raja
Di waktu yang bersamaan rombongan Marakdia dari daerah pesisir tanah Mandar sedang berburu binatang di hutan itu. Mereka datang serombongan dengan mengendarai kuda dan membawa beberapa anjing pemburu yang sudah terlatih.
Tidak jauh dari rumah Samba paria rombongan Marakdia melepaskan tali anjing-anjing pemburu dan membiarkannya pergi mencari mangsa di tengah hutan. Sembari menunggu anjing pemburu selesai mencari mangsa rombongan marak dia beristirahat di bawah pepohonan.
Tidak berapa lama kemudian seekor anjing kesayangan Raja kembali sambil menggigit sesuatu di mulutnya.
“Pengawal..apa yang di gigit anjing itu? cepat ambil dan bawa kemari”
“Hamba laksanakan Tuan”
Setelah mengambil benda yang di bawa anjing kesayangan sang raja. Si Pengawal kaget dan ketakutan, namun dia segera menyerahkannya kepada sang raja.
“Ampun Tuan, benda ini ternyata sepotong yepa yang masih hangat”
“Apa katamu, yepa hangat, dari mana Anjing itu mendapat yepa hangat di tengah hutan belantara seperti ini”
Melihat kue yepa yang masih hangat, sang raja yakin ada orang yang tinggal di sekitar hutan tersebut.
“Pasti ada seseorang yang tinggal di sekitar sini”
Tidak berapa lama anjing pemburu sampai di depan rumah Samba paria yang di selubungi tanaman pare. Sang raja hampir tidak percaya melihat sebuah rumah di tengah hutan belantara itu. Tidak ingin menunggu lama ia pun segera menaiki beberapa anak tangga dan mengetuk pintu.
“Permisi apakah ada orang di dalam?”
Niat Buruk Sang Raja
Beberapa saat kemudian pintu rumah itu terbuka pelan-pelan. Sang raja terkejut ketika melihat melihat seorang gadis yang cantik jelita berdiri di hadapannya.
“Aduhai cantiknya gadis ini”
Pada saat melihat Samba paria hati Sang Raja tiba-tiba berdetak kencang, rupanya sang raja jatuh hati kepada samba paria.
Melihat orang di hadapannya, hati Samba paria pun bergetar, karena orang yang sedang berdiri di depannya adalah seorang raja.
Samba paria yang masih terkejut akhirnya tersadar dan mempersilahkan sang raja masuk ke rumahnya sembari memberi hormat.
“Silahkan masuk Tuan dan Silahkan duduk”
“Terima kasih nona, kalau boleh tahu siapa namamu dan kamu tinggal bersama siapa?”
“Ampun tuan, nama hamba samba paria, hamba tinggal bersama adik yang masih berumur 10 tahun”
“Aku adalah raja di negeri ini, kebetulan aku bersama beberapa orang pengawalku sedang berburu binatang di hutan ini. Oh ya aku sangat haus, bolehkah aku minta air minum?”
Mendengar permintaan sang raja, Samba paria pun segera menyuruh adiknya untuk mengambilkan air. Namun ternyata air persediaan mereka sudah habis.
“Kak, air di dapur habis”
“Mohon ampun tuanku, kebetulan persediaan air minum kami telah habis. Tapi jika tuanku berkenan menunggu, adik hamba akan mengambil air minum di sungai dulu”.
“Dengan senang hati aku akan menunggu di sini, Apalagi ada gadis cantik menemani”
Tiba-tiba sang raja berniat buruk, ia ingin menculik Samba paria untuk di jadikan permaisurinya. Maka sebelum adik Samba paria berangkat ke sungai, sang raja berpura-pura meminjam tempat airnya dan melubangi tempat air itu.
“Nah ini wadahnya aku kembalikan, ambil air yang banyak dan jangan lama-lama ya”
“Baik Tuan”
Sang kakak Hilang
Setelah sang adik pergi ke sungai, raja tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Segera raja memerintahkan beberapa pengawal yang menunggu di depan rumah agar membawa Samba paria ke istana.
“Pengawal, cepat bawa calon permaisuriku ini”
“Baik tuan”
“Ampun tuan, mau di bawa kemana hamba?. Kasihan adik hamba jika di tinggal sendirian.
“Apa peduliku. biarkan dia di makan binatang buas”
Samba paria pun semakin panik karena adiknya belum juga pulang dari sungai. Sang adik pasti akan mencarinya jika para pengawal itu membawanya ke istana. Samba paria segera mencari cara agar dapat meninggalkan jejak, sehingga adiknya mengetahui kemana arah perginya.
“Ampun Tuan, sebelum tuhan membawa hamba, bolehkah hamba mengajukan satu permintaan”
“Apakah itu, cepat katakanlah”
”Bolehkah hamba membawa daun paria, hamba sangat senang makan sayur daun paria”
“Hanya itu, silahkan bawa sebanyak mungkin”
Setelah merasa cukup memetik daun Pare, Samba paria pun di bawa ke istana. Selama dalam perjalanan menuju ke istana, Samba paria menyobek-nyobek daun Pare dan membuangnya di sepanjang jalan yang di laluinya. Ia berharap adiknya dapat mengetahui dan menemukan jejaknya.
Sementara itu adik Samba paria baru saja kembali dari sungai, akan tetapi tanpa membawa air sedikitpun. Sesampainya di depan rumahnya ia melihat pintu rumahnya tertutup rapat.
“Kenapa sepi begini, Apakah rombongan Raja itu sudah pergi. Kak…kak Samba, Adik pulang”