Anekadongeng.com | Kisah Si Paga. Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda berbadan kecil namun mempunyai keberanian yang besar, Ia bernama Paga. Pada suatu pagi Paga pergi ke sebuah desa bernama Desa penyak di pulau Bangka. Di sana Paga merasa nyaman dan akhirnya Ia memutuskan untuk tinggal menetap di sana.
Meskipun sesungguhnya dari segi keamanan Desa penyak tidak terlalu baik. Karena banyak terjadi perampokan dan penjarahan. Dan yang membuat heran para perampok dan penjarah itu langsung menghilang setelah melakukan tindak kejahatannya.
Seluruh warga desa tidak mengetahui di mana asal para perampok itu dan Kemana mereka pergi, karena tidak ada jejak seakan di telan Bumi. Di dalam Desa penyak ini terdapat hutan yang terkenal angker, bahkan tidak ada satupun warga yang berani memasuki hutan tersebut.
Hutan Angker
Menurut kepercayaan mereka, hutan tersebut di huni oleh hantu, jin, setan dan banyak dedemit yang menyeramkan. Mereka percaya siapapun yang masuk ke dalam hutan itu akan mati di mangsa makhluk-makhluk gaib menyeramkan itu. Kepercayaan itu sudah turun temurun, sehingga seluruh warga desa penyak tidak ada yang berani masuk ke dalam hutan itu.
Namun tidak demikian bagi Paga. Paga berniat untuk masuk ke hutan angker itu dengan tujuan untuk membuka hutan agar bisa di jadikan lahan bercocok tanam. Namun bebrapa warga desa mencegahnya dan menasihatinya agar tidak membuka lahan di dalam hutan angker itu.
Mereka menawarkan lahan-lahan diluar hutan agar bisa di kelola oleh Paga. Namun Paga menolaknya dengan halus dan bersikeras untuk tetap masuk ke dalam hutan angker tersebut.
Sebenarnya Paga tidak nekat untuk masuk ke hutan angker itu. Karena beberapa minggu sebelumnya Ia memergoki orang asing masuk ke hutan angker itu secara sembunyi-sembunyi. Namun informasi tersebut tidak ia sampaikan kepada warga desa. Paga berniat menyelidinya sendiri tanpa melibatkan warga desa.
Karena alasan itulah Paga berani masuk ke dalam hutan angker itu sendirian. Dengan membawa peralatan kerja bercocok tanam Paga mulai masuk ke dalam hutan angker itu.
Selama perjalanan memasuki hutan, Paga tidak menemukan hal mencurigakan seperti yang di percaya warga desa. Tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk-makhluk gaib seperti yang warga desa katakana. Di dalam hutan itu hanya kelebatan hutan dan banyak hewan yang berlarian dan beterbangan ketika berjumpa dengan Paga.
Membuka Lahan Pertanian
Setelah beberapa saat menelusuri hutan, akhirnya Paga menemukan tempat yang cocok untuk bercocok tanam. Paga pun mulai menebang pohon dan membersihkan sekitarnya. Ia bekerja dari pagi hingga sore hari. Tak terasa malam pun tiba, Paga tidur di atas dahan pohon besar .
Paga membuka hutan dan membersihkannya setiap hari dan tinggal di sana selama berminggu-minggu. Sepanjang hari Paga sibuk menyiapkan lahannya di dalam hutan angker tersebut.
Sementara itu warga desa Penyak di kejutkan dengan kedatangan para perampok ganas. Kali ini mereka tidak hanya merampas harta benda milik para warga, tapi juga menculik dan memaksa warga untuk di jadikan budak belian.
Setelah kejadian tersebut, akhirnya seluruh warga desa penyak mengungsi ke tempat yang aman. Mereka berbondong-bondong meninggalkan Desa itu dengan membawa harta benda dan hewan-hewan ternak mereka.
Setelah seluruh warga desa mengungsi para perampok itu kembali datang ke desa penyak, di bawah kepemimpinan Si Biru yang merupakan kepala perampok yang sangat kejam.
Pada saat mendapati keadaan desa penyak sangat sepi, Si Biru pun sangat marah ia memerintahkan seluruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan rumah warga.
Perampok-perampok tersebut akhirnya kembali dengan tangan kosong. Mereka meninggalkan edesa penyak menggunakan beberapa sampan dan berlabuh di tempat yang tidak jauh dari Desa penyak. Dan perlahan masuk ke tempat tersembunyi di hutan angker.
Ternyata di dalam hutan angker tersebut terdapat markas yang mereka dirikan selama ini. Kedatangan mereka masuk ke dalam hutan angker sebenarnya di ketahui oleh Paga. Ia terus mengamati kemana perampok itu berjalan dan segera mengikuti mereka.
Mengalahkan Perampok
Akhirnya Paga pun tahu di mana markas para perampok itu yang ternyata tidak jauh dari lahan garapan Paga. Karena sangat marah Paga pun menggertak mereka dari persembunyiannya.
“Hei…. berani-beraninya kalian selama ini menjadi perampok dan penjarah Desa penyak.
Mendengar suara itu Si biru langsung melihat ke arah Paga yang keluar dari persembunyiannya.
Pagapun berhadapan dengan Si biru dengan tangan kosong, sedangkan Si biru menggunakan pedang besar. Terjadilah perkelahian sengit, dan akhirnya Si burupun dapat di kalahkan oleh Paga. Melihat pimpinan mereka kalah, akhirnya semua anak buah Sibiru segera mengepung Paga.
Mereka melawan Pemuda bertubuh kecil namun pemberani itu. Meskipun di keroyok Paga bisa menghabisi pasukan perampok itu satu persatu dengan pukulan dan tendangan hebatnya. Satu persatu para perampok itu berjatuhan di atas rumput jelatang yang membuat kulit mereka panas dan gatal-gatal yang sangat menyiksa.
Akhirnya para perampok pun meletakkan senjata mereka dan memohon ampun kepada Paga. Setelah mereka bertobat Paga menyembuhkan Si Biru dan para perampok yang terluka akibat pukulan dan tendangannya. Melihat sikap Paga yang baik hati Si Biru pun mengungkapkan penyesalannya.
Ia pun menyuruh seluruh anak buahnya untuk berhenti berbuat jahat. Pada akhirnya si biru dan anak buahnya ikut dengan Paga bercocok tanam di dalam hutan itu. Mereka bergotong-royong mengelola lahan dan mendirikan rumah di dekat ladang mereka. Berkat Paga kini Desa penyak menjadi desa yang aman. Warga desa sangat berterima kasih kepada Paga.
Semua warga desa pun menjadi sadar bahwa makhluk gaib yang mereka percayai selama ini hanyalah kabar burung saja. Kabar itu sengaja di buat oleh para perampok agar para warga desa tidak masuk ke dalam markasnya.