Anekadongeng.com | Jorinde dan Joringel. Pada zaman dahulu di dalam hutan yang rimbun hiduplah seorang penyihir yang hidup di dalam kastilnya. Penyihir itu mempunyai sifat yang sangat jahat dan Ia bisa berubah menjadi apapun. Bahkan dia bisa menyamar menjadi apa saja yang ia mau.
Di siang hari sang penyihir berubah menjadi burung hantu atau kucing untuk berjalan-jalan di sekitar hutan. Lalu jika malam sudah tiba ia akan kembali menjadi penyihir nenek tua. Jika ada seorang pemuda mendekati kastilnya penyihir itu akan membuat pemuda itu kaku dan tidak bisa bergerak hingga penyihir datang membebaskanya.
Namun jika seorang gadis yang mendekati kastilnya, penyihir jahat akan mengubah gadis tersebut menjadi burung. Dan akan di masukkan kedalam sangkar lalu di letakan di tempat khusus dalam kastilnya. Di dalam kastil ada lebih dari 7000 sangkar lengkap dengan burung-burung yang ada di dalamnya. Itu artinya sudah lebih dari 7000 gadis yang di ubah penyihir menjadi burung.
Di dekat hutan hiduplah seorang gadis yang sangat cantik bernama Jorinde, Ia mempunyai kekasih bernama Joringel. Dan mereka berdua akan menikah dalam waktu dekat.
“Ayo sayang kita berjalan-jalan ke dalam hutan menghirup udara segar”!!
“Iya Sayangku ayo kita pergi”
Berjalan-jalan ke hutan
Suatu hari Jorinde dan Joringel pergi berjalan-jalan menyusuri hutan tempat penyihir jahat itu tinggal.
“Tapi kita harus berhati-hati, karena konon katanya di sini ada penyihir jahat yang bisa menyihir kita”
“Dan aku akan melindungimu. Tenang saja kau akan aman bersamaku Sayang”
Itu adalah hari yang sangat indah untuk pasangan yang akan segera menikah itu. Mereka menikmati semilir angin yang di ciptakan dari dedaunan bergoyang.
“Udaranya sangat sejuk, Aku sangat suka di sini”
“Semesta mengizinkan kita untuk melihatnya lebih indah sayang”
Di tengah ketenangan tiba-tiba mereka mendengar suara burung merpati yang bernyanyi dengan sedih. Hal itu membuat Jorinde dan Joringel tersentuh hatinya dan terharu mendengar nyanyian itu.
“Siapa yang menyanyikan lagu itu, sangat sedih sekali aku sampai meneteskan air mata”
“Iya siapa yang bernyanyi di tengah hutan seperti ini, aku juga terharu”
Tanpa mereka sadari, mereka telah berjalan terlalu jauh ke dalam hutan. Kini mereka kebingungan kemana arah jalan pulang. Mereka pun tersesat sementara itu matahari perlahan mulai tenggelam dan hari pun sudah gelap.
“Bagaimana ini, sudah malam hari dan kita tak kunjung menemukan jalan pulang”
“Tenanglah Kau Tetap Bersamaku, Ayo kita cari peristirahatan sejenak”.
Jorengel melihat sekelilingnya, lalu ia melihat sedikit cahaya lampu lalu membelah semak-semak itu. Ternyata itu adalah lampu dari Kastil milik penyihir tua itu. Sehingga Jorinde pun sangat ketakutan
“Sayangku, sepertinya itu adalah kastil…aaaaa”
Bertemu Penyihir
Belum sempat menyelesaikan perkataannya Joringel mendengar Jorinde bernyanyi.
Saat Joringel melihat ke belakang, terlihat Jorinde perlahan menjadi seekor burung bulbul dan bernyanyi. Tiba-tiba keluarlah seekor burung hantu dari semak-semak dan mengelilingi burung Bulbul Jorinde. Selain itu mendadak tubuh Joringel menjadi kaku, Dan ia sama sekali tidak bisa bergerak maupun berbicara.
Perlahan burung hantu itu berubah menjadi sosok wanita tua yang berbadan bungkuk, berkulit keriput, berhidung bengkok dan bermata besar. Wanita itu tampak berbicara dengan burung Bulbul Jorinde, lalu Ia memegangnya dan membawanya ke dalam kastil.
Hati Joringel terasa sedih melihat kekasih hatinya berubah menjadi burung dan di bawa oleh penyihir jahat ke dalam kastil. Namun Jorinde tidak mampu melakukan apa-apa. Ia hanya diam terpaku dan menangis.
Penyihir jahat itu keluar dari dalam kastil dan mendekati Joringel dengan berkata :
“Saat bulan menyinari sangkar burung kau akan bebas”
Lalu penyihir itu masuk lagi ke dalam kastil tanpa berkata apa-apa. Ia meninggalkan Joringel di tengah hutan sendirian dan menutup rapat kastilnya. Benar saja tidak lama Joringel pun bebas. Ia kemudian berlutut di depan kastil dan memohon kepada sang penyihir.
“Tolong bebaskan Kekasihku, aku sangat mencintainya kami akan segera menikah”
Mengembara
“Pergilah, kau tidak akan bertemu dengan kekasihmu lagi. Salah kalian sendiri mengapa mendekati Kastilku. Pergilah atau ku buat kaku kembali.
Dengan berputus asa, Joringel berjalan menyusuri hutan yang rimbun di tengah kegelapan tanpa satu penerangan pun.
“Kalau sudah seperti ini Apa yang harus aku lakukan untuk membebaskan jorinde aku menyesal”.
Setelah berjalan kesana kemari Menyusuri hutan Joringel tiba di sebuah desa. Kemudian ia bekerja menjadi penggembala domba di sana. Sesekali ia mengunjungi kastil penyihir jahat itu untuk melihat Jorinde. Tetapi dengan menjaga jarak supaya Penyihir itu tidak membuat tubuhnya kaku kembali.
“Sedang ngapain kau di sana kekasihku? Tunggu aku, akan ada kesempatan di mana aku akan melawan Penyihir itu dan melepaskanmu. Aku masih mencintaimu sayangku”.
Di sebuah tidur malam yang sangat nyenyak, Joringel bermimpi menemukan bunga dengan warna merah darah dan di tengah bunga itu terdapat sebuah mutiara besar dan indah.
Joringel mengambil mutiara itu dan membawanya ke kastil. Di dalam mimpinya setelah membawa mutiara itu semuanya akan terbebas dari sihir penyihir jahat.
Maka itulah cara untuk membebaskan Jorinde. Joringel segera bangun dari tidurnya dan ia langsung mencari di mana bunga merah yang ada di dalam mimpinya itu berada.
“Sepertinya mimpiku itu adalah petunjuk untuk aku membebaskanmu Jorinde, aku harus mencari bunga itu”
Kekalahan Tukang Sihir
Berhari-hari Joringel mencari, hingga pada hari ke sembilan ia menemukannya di tempat yang sangat jauh dari kastil itu.
“Ini adalah bunga yang ada dalam mimpiku, iya pasti bunga ini. Aku akan bawa ke kastil penyihir jahat itu”
Joringel membawa bunga itu ke kastil. Benar saja dalam jarak dekat ia tidak menjadi kaku, lalu Joringel meneruskan langkahnya hingga ke depan pintu.
“Sepertinya ini pertanda baik, tunggu aku Jorinde sayang”
Joringel meneruskan langkahnya hingga Ia membuka pintu. Dengan bunga di tangannya pintu itu terbuka lebar. Ia berjalan mengendap-endap mengikuti suara kicauan burung.
“Pasti suara burung-burung itu akan membantuku menemukan Jorinde”
Benar saja, akhirnya Joringel menemukan ruang di mana kicauan burung itu berasal. Di sana terlihat ribuan burung di dalam sangkar dan terlihat seorang penyihir yang memberi makan”.
“Makanlah yang banyak burung-burung ku”
Mendengar langkah Joringel yang mendekat, penyihir pun mengetahui keberadaan Joringel hingga ia sangat marah. Kemudian ia menyemburkan ludah beracun ke depan Joringel.
“Berani-beraninya kau masuk ke dalam kastil ku Pemuda kurang ajar… cuuuh”
Namun entah keajaiban dari mana ludah itu tidak mengenai Joringel. Joringel tidak memperdulikan sang penyihir, ia terus mencari di mana burung Bulbul Jorinde kekasih hatinya.
“Beritahu aku penyihir jahat, di mana burung Bulbul kekasih hatiku”?
“Tidak akan”
Penyihir itu berjalan mundur dan mengambil sangkar yang berisi burung Bulbul Jorinde di dalamnya. Lalu Penyihir itu lari ke pintu. Dengan cepat Joringel lompat ke arahnya dan menyentuhkan bunga ke sangkar burung Bulbul Jorinde. Seketika sihir itu telah hilang dan Jorinde pun berubah menjadi manusia lagi dan merekapun berpelukan.
“kekasihku, kau menyelamatkanku”
“Oh Jorinde aku sangat merindukanmu” Penyihir jahat dan semua kekuatan sihirnya perlahan menghilang. Ribuan burung di dalam sangkar itu berubah menjadi gadis gadis biasa. Joringel pun sangat bahagia telah bertemu lagi dengan kekasihnya.