Asal Usul Telaga Sarangan

Anekadongeng.com | Asal Usul Telaga Sarangan. Dahulu, di kaki Gunung Lawu. Tinggalah sepasang suami istri yang belum memiliki momongan sampai pada usia senja. Setiap hari hanya satu yang mereka minta kepada sang pencipta yaitu segera di berikan seorang anak. Sang suami Ki Pasir dan sang istri bernama Nyi Pasir.

Dalam kesehariannya, mereka hanya berkebun di ladang dan berburu binatang untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hingga suatu hari datanglah kabar yang menggembirakan, Nyi Pasir akhirnya mengandung. Mereka berdua sangat bahagia. Serasa semesta mendukung dan mengabulkan permintaan mereka selama ini.

Permohonan Terkabul

Setelah Nyi Pasir mengandung selama 9 bulan, lahirlah anak laki-laki yang kemudian di beri nama Joko Lelung. Lengkaplah sudah kebahagiaan mereka sebagai pasangan suami istri. Tak terasa Joko Lelung telah tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan cekatan.

Namun sayangnya dia jarang berada di rumah. Joko Lelung lebih suka berkelana ke tempat baru yang belum pernah dia datangi. Ia juga mengolah ilmu kebatinan dengan bersemedi. Joko Lelung pulang kerumah hanya sesekali saja kemudian esoknya pergi lagi entah kemana.

Kian hari tubuh Ki Pasir mulai terlihat lemah. Dia berharap anaknya Joko Lelung pulang dan membantunya bekerja di ladang. Namun harapan itu hanya di pendam oleh Ki Pasir dan dia pun memilih untuk bersemedi di dalam goa. Ki Pasir menginginkan supaya tubuhnya yang sudah lemah ini bisa menjadi kuat dan kembali sehat serta memiliki umur yang panjang melebihi manusia biasa.

Tak di sangka-sangka dalam semedinya Ki Pasir mendapatkan sebuah wangsit. Dan menemukan sebuah telur yang sangat besar. Dia di haruskan memakan telur tersebut. Agar keinginannya untuk abadi dan kuat bisa terwujud. Setelah selesai bersemedi, Ki Pasir masih belum mengerti arti dari wangsit itu. Hingga tubuhnya pun semakin renta dan Ki Pasir lupa dengan wangsit yang pernah dia dapat dahulu.

Suatu ketika sepulang dari ladang, Ki Pasir tak sengaja melihat benda bulat di bawah pohon tua. Benda itu seperti telur. Namun memiliki ukuran yang lebih besar dari pada biasanya. Kemudian ia teringat akan wangsit yang menuntunnya untuk menuju keabadian.

Dia terlihat sangat bahagia dan berniat memakan telur itu setibanya di rumah nanti. Keesokan harinya Ki Pasir memasak telur itu sendiri di dapur, karena istrinya sudah lebih dulu berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar. Ki Pasir kemudian membagi telur menjadi dua.

40 Likes

Author: wijaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *