BAB VIII
Anekadongeng.com | ABU DZAR AL-GHIFARI. Karena itu, beliau selalu mengingatkan Abu Dzar agar melatih diri dengan ketabahan dan kesabaran sehingga tidak terburu nafsu. Suatu hari Rasulullah mengajukan pertanyaan kepadanya. “Wahai Abu Dzar, bagaimana sikapmu jika menjumpai beberapa pembesar yang memungut harta fai untuk diri mereka sendiri?”
“Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran. Kalau itu terjadi, aku pasti akan menebas mereka dengan pedangku,” jawab Abu Dzar dengan tegas.
Rasulullah bertanya, “Apakah engkau mau aku tunjukan yang lebih baik daripada itu? Bersabarlah, hingga kamu bertemu denganku!” Mengapa kiranya Rasulullah mengajukan pertanyaan demikian? Penguasa dan harta kekayaan, itulah persoalan utama yang akan di hadapi oleh Abu Dzar dalam kehidupan selanjutnya. Itulah persoalan Abu Dzar bersama masyarakat pada masa depan yang harus ia tuntaskan.
Rasulullah telah mengetahui hal itu hingga beliau mengajukan pertanyaan tersebut. Beliau hendak membekali Abu Dzar dengan nasihat yang begitu berharga: “Bersabarlah hingga kamu bertemu denganku!”
ABU DZAR AL-GHIFARI akan selalu mengingat pesan dari guru dan Rasul-Nya itu. Ia tidak akan mengangkat pedang untuk mengancam para pembesar yang memperkaya di rinya sendiri dengan harta umat. Akan tetapi, ia juga tidak akan pernah tinggal diam walau sejenak untuk mengingatkan mereka dengan cara lain. Benar jika Rasulullah melarangnya untuk mengangkat senjata di depan mereka. Tetapi beliau tak melarangnya menggunakan lidah yang tajam demi membela kebenaran. Wasiat itu pun di laksanakan olehnya.
Masa Rasulullah terus berjalan lalu di lanjutkan dengan masa Abu Bakar dan Umar dengan prestasi yang gemilang. Pada masa kedua khalifah ini godaan hidup dan berbagai fitnah masih terkendali dengan sangat baik. Bahkan, nafsu angkara murka itu pun tak mendapatkan jalan dan celah bagi keinginannya. Pada waktu itu, tidak ada penyimpangan yang mendorong Abu Dzar untuk bangkit menentang dengan teriakan lantang dan celaannya yang pedas.