BAB X
Anekadongeng.com | MUSH’AB BIN ‘UMAIR. Ketika barisan pasukan kaum Muslimin kocar-kacir, Mush’ab tetap berdiri tegak pada posisinya. Selanjutnya, datanglah Ibnu Qami’ah dengan menunggang kuda. Ia kemudian menebas tangan kanan Mush’ab hingga putus dan Mush’ab ketika itu berkata. Muhammad itu tiada lain adalah seorang rasul yang telah di dahului oleh rasul- rasul sebelumnya. Kemudian, Mush’ab meraih bendera dengan tangan kirinya dan membungkuk melindunginya.
Namun, sekali lagi musuh kembali menebas tangan kiri Mush’ab hingga putus. Mush’ab bin ‘Umair membungkuk ke arah bendera dan merangkulnya dengan kedua pangkal lengannya. Kemudian, ia dekapkan bendera di dadanya seraya mengucapkan kalimat, “Muhammad itu tiada lain adalah seorang rasul yang di dahului oleh rasul-rasul sebelumnya.”
Untuk ketiga kalinya, Ibnu Qami’ah kembali menyerang Mush’ab. Kali ini ia menyerang dengan tombak dan menusukkannya hingga patah dan menembus tubuhnya. Mush’ab bin ‘Umair pun akhirnya gugur dan terjatuhlah bendera perang yang di bawanya.”
Mush’ab telah gugur. Bendera Islam yang di bawa pun ikut jatuh. Mush’ab bin ‘Umair gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada. Mush’ab gugur ketika terjun dalam kancah pertempuran yang dahsyat dengan penuh pengorbanan, keberanian, dan keimanan yang luar biasa. Ketika itu Mush’ab berkeyakinan bahwa seandainya ia gugur, tentulah jalan musuh akan terbuka menuju Rasulullah tanpa ada yang membela dan melindungi beliau.
Namun, Mush’ab bin ‘Umair tetap kuat demi melindungi Rasulullah. Hal ini di karenakan cintanya yang dalam dan tiada terbatas kepada beliau, serta kekhawatirannya terhadap keselamatan Rasulullah. Seiring dengan setiap sabetan pedang yang menghilangkan tangannya, ia terus berucap. “Muhammad itu tiada lain adalah seorang rasul yang di dahului oleh rasul-rasul sebelumnya.” Kalimat ini kemudian di kukuhkan sebagai wahyu yang selalu ia ucapkan berulang-ulang hingga akhirnya menjadi ayat al-Qur’an yang selalu di baca orang.
Setelah pertempuran sengit berakhir, jasad Mush’ab yang gugur sebagai syuhada itu pun di ketemukan dalam kondisi telungkup menyembunyikan wajahnya yang berlumuran darah ke tanah. Seolah-olah kondisi tubuh yang telah kaku itu masih merasa khawatir apabila melihat Rasulullah tertimpa bencana.
BAB XI
Karena itulah, di sembunyikan wajahnya itu agar tldak menyaksikan sesuatu hal yang sangat ia khawatirkan tersebut. Kemungkinan juga ia merasa malu karena telah gugur sebagai syuhada, sebelum memastikan keselamatan Rasulullah. Serta belum bisa menunaikan kewajibannya untuk membela dan melindungi beliau secara sempurna. Wahai Mush’ab, cukuplah Allah bagimu. Sungguh namamu harum dalam kehidupan.