Anekadongeng.com | Putri Sindang Bulan adalah putri ke tujuh dari Raja Mawang. Ia sangat cantik dan berhati baik. Namun seiiring bertambahnya usia ia tak kunjung mendapatkan jodoh pendamping dirinya. Pada suatu ketika datanglah Raja Hilir Sungai (HS) yang melamarnya. Tetapi, setelah lamaran itu di terima, Putri Sindang Bulan jatuh sakit yang menjijikan yaitu penyakit Kusta dan Lepra.
Anehnya tatkala lamaran di batalkan kondisi Putri kembali seperti semula.
Akibat kejadian ini kakak-kakak Putri Sindang Bulan kecuali Ki Karang Nio, menganggapnya sebagai aib keluarga yang dapat mencoreng nama keluarga. Dan mereka berniat membunuh Sang Putri dengan menunjuk Ki Karang Nino sebagai eksekutor. Ki Karang Nio mempersiapkan sebuah pedang yang sangat tajam. Kemudian mengajak adiknya ke suatu tempat di tepi sungai Ketahun. Namun sebelumnya Ki Karang Nio sudah menyiapkan sebuah rakit yang cukup besar agar tidak mudah tenggelam saat menyeberangkannya ke Pulau Pegat
Di Pulau Pegat, ia bertemua Raja. Setelah sang Raja mendengarkan cerita tersebut, Raja semakin yakin bahwa Putri Sindang Bulan bukan orang sembarangan. Selanjutnya Raja menikahi Putri Sindang Bulan menjadi istrinya yang ke 7 (tujuh). Dalam acara pernikahannya sang putri mengundang kakak-kakaknya. Mengetahui hal ini mereka sangat marah dan merasa di bohongi oleh Ki Karang Nio. Pada waktu pernikahan Putri Sindang Bulan kakak-kakanya datang semua. Putri Sindang Bulan sama sekali tidak dendam, bahkan memberikan hadiah perhiasan yang banyak sekali untuk di bawa pulang
Dalam perjalanan mereka mendapat musibah datangnya angin badai, akhirnya perahu mereka karam. Semua emas dan uang leket yang di berikan Putri Sindang Bulan habis tenggelam kecuali kepunyaan Ki Karang Nio. Karena kepunyaan mereka habis, mereka merasa iri hati dan timbullah rencana ingin membunuh ki Karang Nio
Karena merasakan firasat yg kurang baik dan Karena kebijaksanaan dan kearifannya, Ki Karang Nio berkata. “Wahai kakak-kakakku emas kalian telah hilang kepunyaan saya masih ada, tidak usah khawatir harta saya harta kamu, harta kalian harta saya juga , oleh kerena itu mari kita bagikan bersama-sama”
Karena kata-kata dari Ki Karang Nino, maka luluhlah hati para putri tersebut. Mereka menyadari kesalahan mereka. Walau bagaimanapun para saudari Puti Sindang Bulan tetaplah manusia, yang memiliki sifat kebaikan di dalam hatinya. Mungkin hidayah sudah saatnya masuk ke dalam hati mereka. Akhirnya mereka semua sampai di kerajaan Mawang dengan selamat dan menjalani hidup bahagia.